(05/10/2017)
Ahmad Syafi’I (45), selaku koordinator Sentra UKM Merr menuturkan bahwa, semua
warga Surabaya bisa menaruh produknya disini. Syaratnya cukup mudah, yaitu
memenuhi SITU, SIUP, TDP, mau diintervensi dalam pembuatan produknya, dan mau
berkontribusi dalam pengembangan Sentra UKM Merr.
Sejak tanggal 16 Desember 2014,
telah diresmikan sebuah bangunan berlantai 4 yang bisa ditemui dipinggir jalan
Ir. Soekarno atau Merr. Bangunan tersebut merupakan gedung galeri Sentra UKM
Merr yang pada tangga
l tersebut mulai beroprasi berdasar peresmian Tri Risma
Harini selaku Walikota Surabaya.
“Ya kita selaku pengurus Sentra UKM
punya wewenang untuk datang langsug ke rumah produksi dan mengecek bagaimana proses
pembuatan produk mereka, takutnya nanti ada yang cuman kulak saja, terus
dikemas di rumahnya. Itu tidak termasuk hitungan kami!” Tuturnya tegas.
Menurut pemaparannya, di Kota
Surabaya sendiri memiliki 4 sentra UKM yang memiliki konsep sama dengan Sentra
UKM Merr, dan semuanya juga sama-sama dinaungi pemerintah lewat Lembaga Dinas
Perdagangan. Keempat sentra UKM tersebut adalah, Sentra UKM Merr sendiri,
Sentra UKM Tunjungan City, Sentra UKM Mall City of Tomorrow Surabaya, serta
Sentra UKM ITC.
Ahmad Syafi’I menuturkan bahwa
seluruh pendanaan mengenai keempat sentra UKM tersebut, dananya murni dari
pemerintah kota. Maka dari itu, pemerintah punya hak intervensi mengenai barang
apa saja yang akan dijual atau dipamerkan di keempat sentra UKM di Kota Surabaya
tersebut.
Pria yang berperawakan besar
tersebut menuturkan bahwa di Sentra UKM Merr, juga sering dijadikan sarana
pengedukasian dari berbagai kalangan, salah satunya adalah dari Institut
Teknologi Sepuluh Nopember. “Sering juga kita kerjasama dengan ITS, salah satu
departemen ada yang memfasilitasi,
biasanya kalo ada acara student exchange dan komite teknologi, pasti
mahasiswanya dibawa kesini. Sering dari luar negeri mahasiswanya.”
Koordinator sentra tersebut juga tak
lupa menambahkan bahwa di gedung Sentra UKM Merr sendiri, ada sebanyak 184 UKM
yang mengeksebisikan produknya di Sentra tersebut. Barangnya pun beragam, mulai
dari makanan dan minuman tradisional, lerak, handycraft, batik, sepatu, tas, minyak wangi, dan masih banyak yang
lainnya.
“Menurut para pemilik UKM,
pentingnya ada sentra UKM seperti ini, adalah untuk galeri pameran, agar produk
mereka bisa dikenal, ini miniatur produk-produk dagangan masyarakat Kota
Surabaya” pungkasnya. “
Ahmad Syafi’I juga menuturkan bahwa
sebenarnya selaku pengurus Sentra UKM Merr, mereka ingin dikunjungi oleh
anak-anak muda yang memiliki ide-ide cemerlang guna mem-branding sentra UKM
tersebut.
“Penerimaan dari kawan-kawan universitas
atau anak-anak muda, menurut saya mungkin mereka tidak begitu mengenal, msih
kurang peduli, sebenarnya sentra UKM butuh ide-ide dan konsep dari kawan-kawan
mahasiswa dan anak muda, kami ingin mereka menawarkan konsep kerjasama yang
baik dan bisa mendatangkan pengunjung kesini.”
“Sentra UKM Merr diproyeksikan,
setelah didirikan sentra tersebut, UKM-UKM bisa mandiri, setelah prodak mereka
terkenal, berimbas pada orderan yang banyak, maka tumbuhlah UKM-UKM yang
berdikari.” Timpalnya.
Memang banyak yang bisa ditemukan di
Sentra UKM Merr, seakan senuanya tersedia bahkan dari hal yang paling sederhana
semacam jamu sinom yang telah dikemas, juga tersedia. Namun yang menjadi
permasalahan sebenarnya terletak pada branding dari tiap-tiap produk yang tidak
maksimal.
Safri Arrisa (21), seorang mahasiswi
Desain Produk Institut Teknologi Sepuluh Nopember menuturkan bahwa, dirinya
malah baru tahu jika terdapat Sentra UKM Merr yang menampung produk-produk
masyarakat Surabaya. Ia merasa bahwa dirinya dan institusi yang menaunginya
tidak pernah terlibat dalam urusan per-UKM-an.
“Ya saya baru tahu kalau di Merr ada
sentra UKM, tapi selama ini selaku pelaku pengembangan branding produk yang
paling dekat dari situ, Departemen Desain Produk ITS tidak pernah dilibatkan
dalam proyek-proyekannya. Ya jadi kami merasa asing apabila mendengar kata UKM Merr.”
Tuturnya singkat.
Mahasiswa rantauan yang berasal dari
Kabupaten Lumajang tersebut juga bertutur bahwa, sebenarnya bukannya pihak
Departemen Desain Produk ITS tidak mau tahu-menahu, namun belum pernah ada yang
namanya pengenalan UKM, apalagi jalinan kerjasama yang saling menguntungkan
satu sama lain.
“Kedepannya sih pastinya berharap,
supaya pihak-pihak yang mengurus sentra UKM seperti itu mau untuk mengajak kami
bekerjasama, karena kami tidak akan menutup kemungkinan tersebut, toh kita
selaku mahasiswa desain produk nantinya juga malah banyak diuntungkan,
tugas-tugas kami tidak jauh dai yang namanya mem-branding produk-produk semacam
itu.”
Safri Arrisa menambahkan, jika upaya
pemerintah dalam membranding UKM telah dirasa kurang atau belum maksimal, maka
masih ada anak-anak muda yang siap menjadi garda depan dalam proses memajukan
UKM-UKM lokal. Hal tersebut menurutnya, merupakan langkah yang paling efektif
untuk memajukan perekonomian lokal. “Sudah lama produk lokal kita tertidur
pulas, kini saatnya yang muda yang membangkitkan!” Ujarnya tegas.
Mohamad Ricky Sabastian (071511533087)
0 komentar:
Posting Komentar