Tulisan
“Berdiri sejak 1983” mungkin menjadi daya tarik yang cukup menggugah rasa
penasaran dari tiap-tiap insan, yang melewati pojokan pertigaan Jalan Dinoyo,
dan Jalan Padjadjaran Surabaya ini. Pasalnya, tulisan tersebut terpambang dalam
sebuah banner milik sebuah warung yang menempati eks-gedung bioskop Purnama
Surabaya.
Jelas saja, tak lain dan tak bukan,
itu adalah Warung Keputran Pak Imron. Warung yang sempat menjajakan masakannya
didepan Hotel Olympic ini, memang telah berdiri diatas kakinya sendiri sejak
tahun 1983. Pada tahun 1994, dengan alasan tertentu, warung ini akhirnya
berpindah ke areal eks-gedung Bioskop Purnama Surabaya.
Warung Keputran Pak Imron agaknya
cukup ramai jika diamati pada pukul 18.00 WIB. Nampaknya hal tersebut menjadi
masuk akal karena memang di jam-jam sekitar itulah para pekerja, mulai dari
karyawan hingga CEO kantoran, mengakhiri kegiatan mencari penghidupannya.
Menurut Nabila (20), generasi ketiga
pemilik Warung Keputran Pak Imron, mayoritas pelanggannya adalah para pekerja
kantoran dan keluarga-keluarga yang sedang mencari makan bersama. Posisi warung
yang berada di pojokan pertigaan jalan menjadi tempat yang strategis dalam
menjalankan usaha kuliner turun temurun tersebut.
Buka dari pukul 17.30 WIB hingga
04.30 WIB, ternyata tak membuat warung tersebut surup akan pelanggan, malah di
beberapa momen, pukul 22.00 WIB malah menjadi waktu yang paling strategis,
untuk menemui kepadatan warung tersebut akan manusia-manusia yang sudah
berhasrat untuk segera menyantap masakan-masakan yang disajikan.
Namun, ternyata akhir pekan bukanlah
waktu yang cukup strategis bagi Warung Keputran Pak Imron untuk menggelar
dagangannya. “Nggak mesti mas ramainya kapan, sering malah hari Sabtu dan
Minggu malah sepi-sepinya warung, mungkin karena hari libur jadi waktu
beristirahat total ya.” ujar Nabila.
Menariknya, warung tersebut
menawarkan sebuah menu yang sangat unik, yaitu ‘pecel kuah rawon’. Mungkin bagi
yang belum pernah merasakan rasanya, akan terlihat aneh ketika melihat
seseorang memesan menu tersebut, tapi nyatanya, menu tersebut malah menjadi
favorit di Warung Keputran Pak Imron.
“Ya awalnya ada pelanggan yang
mencoba memesan pecel dicampur rawon, eh katanya enak, lama-lama banyak yang
ikutan nyoba mas, dan laris manis, alhasil sekalian saja kita bikin menu. Itu
sudah lama sekali sih” seru Nabila.
Menurut Lucky Ezra (17), remaja yang
jauh-jauh datang dari Kabupaten Sidoarjo demi membeli pecel di warung tersebut,
yang membuat masakan disana sangat berbeda dan nikmat, adalah keberadaan lauk
abon daging yang wajib disematkan di setiap menu Warung Keputran Pak Imron.
Sebagai generasi ketiga, Nabila
wajib mengetahui mengapa warung
keluarganya ramai dikunjungi pelanggan. Menurutnya, hal tersebut didasari oleh
kelebihan resep bumbu warungnya, dimana bumbu tersebut, sebelum diaduk bersama
air, harus menjalani proses penggorengan terlebih dahulu.
Selain itu, spesifiknya lagi untuk
bumbu pecelnya, Nabila mengklaim bahwa bumbunya bisa tahan lama. Proses
penggorengan membuat bumbu tersebut matang sempurna dan mampu bertahan lama.
“Mangkanya kalau mas lihat, warna bumbunya agak ke-abu-abu-an, ya itu karena
digoreng dulu”.
Nabila menjelaskan bahwa warungnya
akan mulai sepi pelanggan pada sekitaran jam 01.00 WIB keatas. Hal tersebut
dikarenakan, tepat disepanjang jalanan tempat Warung Keputran Pak Imron,
terdapat sebuah pasar yang cukup besar, yaitu Pasar Keputran. Hal tersebut
membuat areal parker menjadi sangat terbatas karena keberadaan truk-truk
pengangkut sayur.
Warung Keputran Pak Imron menyajikan
tiga menu andalan, yaitu Pecel, Rawon, serta Rawon Kuah Pecel. Sedangkan untuk
minumannya, tak jauh berbeda dari warung-warung biasanya, yaitu teh hangat,
kopi, susu hangat, dan lain-lain.
Nabila menuturkan bahwa keberadaan
Pasar Keputran bukanlah sebuah hambatan yang sangat besar, karena disisi lain,
ia berkata bahwa banyak juga dari pelanggan tetapnya adalah para penjual di
Pasar Keputran. “Ya saling berkah memberkahi mas, saya beli sayur di mereka,
mereka beli makan di saya”.
Seperti tipikal street food ala
Indonesia pada umumnya, Warung Keputran Pak Imron tak jauh dari tampilan yang
bisa dibilang agak kumuh. Selain tempatnya yang berbagi dengan hiruk pikuk
Pasar Keputran, bangunannya yang hanya merupakan rangkaian-rangkaian kayu lawas
yang dicat hijau juga menjadi penyebab warung tersebut seringkali dinilai
kumuh.
Namun, itu hanya pendapat sebagian
orang. “Wah, ndak terlalu kumuh juga kok mas, kalau sudah liat pecelnya di
piring, apalagi sudah masuk mulut, perasaan kumuh jadi ilang.” Ujar Gabriel
(28), seorang pengusaha properti yang datang ke Warung Keputran Pak Imron
dengan mengendarai mobil Toyota Kijang Innova keluaran terbaru.
Terlepas dari segala geliat manja
dan hiruk-pikuknya sekitaran Warung Keputran Pak Imron, pelanggannya tetap
setia untuk mendatangi warung berukuran sekitar 6 x 5 meter tersebut.
Masakan yang ditawarkan warung tersebut
sangatlah otentik. ‘Pecel Kuah Rawon’. (04/10/2017)
Oleh : Mohamad Ricky Sabastian (071511533087)
(Tema Kehidupan Malam)
0 komentar:
Posting Komentar