2 Feb 2017

Gunting-Tempel, Crop-Copy-Paste

                Hiper-realitas Dalam Karya-Karya Montase Foto @rafif.yth (Instagram)


       Pengertian montase menurut kamus besar Bahasa Indonesia, adalah: Komposisi gambar yang dihasilkan dari percampuran unsur dari beberapa sumber (Depdiknas 2001, 754). Karya montase dihasilkan dari mengeposisikan beberapa gambar yang sudah jadi dengan gambar yang sudah jadi lainnya. Gambar rumah dari majalah kemudian dipotong yang hanya diambil Gambar rumahnya saja kemudian ditempelkan pada permukaan alas gambar. Ini merupakan salah satu contoh sederhana dari karya montase.
Montase dua dimensi dianggap seperti karya lukisan karena materialnya terdiri dari gambar-gambar yang sudah jadi hanya karena dipotong-potong lalu dipadukan sehingga menjadi satu kesatuan karya ilustrasi. Pada perkembangannya montase yang semula terbatas pada karya dua dimensi sekarang telah merambah kepada karya tiga dimensi. Karya montase ini juga kurang dikenal oleh kalangan umum, karena bentuk karyanya masih mempunyai kemiripan dengan seni lukis, seni kriya, seni patung. Sehingga jenis karya ini dianggap sebagai salah satu dari jenis karya tersebut.
Karya seni montase dewasa ini tidak hanya dilakukan secara manual dengan cara gunting-menggunting gambar dari berbagai media lalu menempelkannya pada sebuah alas tertentu. Namun dengan kehadiran beberapa software editor foto/gambar digital seperti Adobe Illustrator, Adobe Photoshop, CorelDraw, dan lain sebagainya, memungkinkan karya seni montase untuk dilakukan pada media digital. Salah satu kreator seni montase digital adalah Rafif Taufani, salah satu mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga ini sudah menggeluti seni montase foto sejak tahun 2015 dimana pada saat itu pula seni montase digital menuai tingkat popularitasnya di era modern.

Karya-karya yang dihasilkan oleh Rafif bisa dibilang sangatlah absurd, sehingga membuat para penikmatnya membutuhkan waktu lama untuk memahami apa makna dari karya tersebut. Namun hal tersebut tidaklah membuat karya-karya seninya tak sarat akan makna, terutama apabila karya-karyanya dihubungkan dengan gaya post-modernisme. Wacana kebudayaan kontemporer memasuki kondisi di mana di dalamnya, tabir antara realitas dan fantasi semakin tipis. Banyak hal yang sebelumnya dianggap fantasi kini menjadi realitas, dan ini akan berpengaruh terhadap kebudayaan dan kehidupan manusia.
Objek dapat mewakili realitas melalui penandanya (signifier), yang mempunyai makna atau petanda (signified) tertentu. Dalam hal ini, realitas adalah referensi dari penanda. Namun, bisa juga terjadi bahwa sebuah objek sama sekali tidak mengacu pada satu referensi atau realitas tertentu, karena ia sendiri adalah fantasi atau halusinasi yang telah menjadi realitas. Ini yang dalam bahasa Baudrillard dikatakan hiper-realitas.

            Berikut adalah beberapa karya dari Rafif yang terbilang absurd dan cenderung memiliki unsur hiper-realitas.





     Burhan Bungin dalam bukunya yang berjudul Sosiologi Komunikasi (2006) memaparkan bahwa, dunia menurut Baudrillard didominasi oleh “simulakrum”. Ini adalah konsep yang diperkenalkan Baudrillard yang mewakili tiada lagi batas antara yang nyata dan yang semu. Dunia telah menjadi dunia imajiner. Baudrillard memberi contoh Disneyland. Disneyland adalah suatu dunia imajiner dimana segala sesuatunya bersifat futuristik, mimpi-mimpi. Disneyland telah menjadi bius bagi sebagian besar konsumen kelas menengah sehingga selalu dijejali orang sepanjang tahunnya.
        Begitu pula dengan karya-karya montase foto Rafif, ia menawarkan sebuah dunia mimpi dimana realita bisa dipotong-potong lalu disambungkan dengan realita yang lain dengan seenaknya. Hiper-realitas yang ia tawarkan cenderung memiliki muatan sangat absurd yang disarati oleh silih bergantinya reproduksi obyek-obyek yang simulakrum, obyek-obyek yang murni ‘penampakan’, yang tercabut dari realitas sosial masa lalunya, atau sama sekali tak mempunyai realitas sosial sebagai referensinya. Di dalam dunia seperti ini subyek sebagai konsumer digiring ke dalam ‘pengalaman ruang’ hiper riil– pengalaman silih bergantinya ‘penampakan’ di dalam ruang, berbaur dan meleburnya realitas dengan fantasi, fiksi, halusinasi dan nostalgia, sehingga perbedaan antara satu sama lainnya sulit ditemukan, dalam hal ini Hiper-realitas (dalam pandangan Baudrillard) lebih menekankan baik nostalgia maupun fiksi ilmiah.

0 komentar:

Posting Komentar