8 Okt 2016

Saat Kami Berdua Menghentikan Waktu

Rentang
Suara lirih
Dingin hujan
Lembab dinding

Ingatan mendayu
Sembari basahnya jalan ini
Juga tetes demi tetes air dari ujung daun cemara
Atau serabut-serabut rumput kering kuyup menyiprat

Ingatanku masih tentang malam itu
Dingin semu tiada abadi, ia yang memulai
Pekat gelap menyapa, tanpa gugup ia menyeringai
Riuh gema suara terpantul dari lantai ke atap-atap

Dingin menyerbu, kau kalungkan tanganmu
Di pundakku kau sandarkan kepalamu
Semilir hembus napas menggeliat di tengkuk ku
Juga bau rambutmu yang selalu mengesankanku

Lantas ku berbalik dari titik fokusku
Menuju tatap matamu, kedua mata bulatmu
Tak kuhiraukan pesona matamu
Malah perlahan kupejamkan mataku, diikuti pula oleh matamu

Hei! Sekarang bibir kita berjumpa!
Yang mengikuti? Waktu!
Ia berhenti!
Selama kita bergesekan tiap sudut, kanan ke kiri, kiri ke kanan
Hisap demi hisap, dengan bumbu gigitan kecil disekitaran

Lalu lidah kita berpagutan
Semesta tertunduk!
Bulan menyembah
Bintang membentuk barisan

Masih dalam keadaan waktu terhenti

Sesekali kupersilahkan waktu kembali
Tapi, biar sekali lagi kubuat waktu berhenti!
Atau berkali-kali?
Aku ingin waktu selamanya berhenti!

Tentunya, dengan tabur magismu
Selalu, hei kau. Milikku

-

Surabaya, 9 Oktober 2016, 04.06 WIB
Mohamad Ricky Sabastian
Ilustrasi foto : dokumen pribadi, dengan model Boy & Dina.

0 komentar:

Posting Komentar