19 Des 2016

Watu Pecak dan Entah Berantah Lainnya

Watu Pecak dan Entah Berantah Lainnya

            
Kabupaten Lumajang, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah Lumajang. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo di utara, Kabupaten Jember di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Malang di barat. Kabupaten Lumajang terletak di wilayah Tapal Kuda, Jawa Timur. Kabupaten Lumajang merupakan daerah yang juga memiliki banyak objek wisata yang dapat dikunjungi bagi para maniaktraveling, mulai dari pegunungan, danau, hingga pantai. Salah satu pantainya yang masih jarang didatangi oleh para wisatawan asing maupun domestik adalah Pantai Watu Pecak. Pantai Selok Watu Pecak adalah sebuah pantai yang terdapat di Desa Selok Awar-Awar Kecamatan Pasirian Kabupaten Lumajang.
Pantai ini merupakan rentetan pantai selatan yang notabene, cenderung memiliki ombak yang sangat besar dan terlampau panjang. Karena saking panjangnya, pantai tersebut tak hanya terbentang di satu kecamatan saja, melainkan pantai tersebut juga terbentang hingga ke Kecamatan Tempeh. Pantai ini terbilang lumayan dekat dari pusat kota, karena hanya memerlukan waktu sekitar 60 menit dari pusat Kota Lumajang.
            Pada libur semester 2 perkuliahan, saya menyempatkan diri untuk mengunjungi pantai tersebut. Saya memutuskan untuk memilih mengunjungi pantai tersebut, karena pantai itulah salah satu objek wisata yang paling dekat dengan kediaman saya yang berada di Kecamatan Tempeh, serta karena selama 20 tahun hidup di tanah Indonesia, saya belum pernah menikmati Pantai Watu Pecak dari sisi Kecamatan Tempeh. Kediaman saya ke Pantai Watu Pecak hanya memerlukan waktu sekitar 20 menit mengendarai motor dengan kecepatan normal. Sebelum saya memulai perjalanan, saya menghubungi teman saya terlebih dahulu yang bernama Alfia Kurniawati untuk menemani saya mengunjungi pantai tersebut. Setelah ia mengkonfirmasi untuk turut andil dalamperjalanan saya kali ini, saya bergegas untuk menyiapkan motor matic yang akan saya gunakan menyusuri jalanan menuju pantai. Saya tak lupa mengecek keadaan ban, kedua rem tangan, serta memastikan bahwa bensin dalam keadaan full tank. Setelah semua saya rasa siap, saya langsung menuju rumah Alfia untuk menjemputnya terlebih dahulu. Kami menyempatkan berbicara sejenak sambil meminum teh hangat yang ia buatkan sebelum benar-benar berangkat ke destinasi yang telah kami nantikan.
            Setelah puas menyeruput teh hangat, kami berdua segera berangkat dengan berboncengan mengendarai motor matic saya. Perjalanan kami melewati beberapa desa yang terdapat di kecamatan tempeh, diantaranya adalah Desa Tempeh Lor, Desa Tempeh Kidul, dan Desa Pandanwangi. Jalanan Desa Tempeh Lor yang kami lewati merupakan jalan provinsi yang memang rancangannya dibuat luas karena dilewati berbagai jenis kendaraan bermotor, disini perjalanan kami masih lempeng namun juga sangat ramai, hal ini dikarenakan jalan raya tersebut merupakan satu-satunya jalan besar yang menghubungkan Kecamatan Tempeh dan Kecamatan Pasirian. Setelah itu tibalah kami di jalanan Desa Tempeh Kidul yang lebih sempit karena sudah tergolong jalanan kabupaten, disini kami masih merasakan perjalanan yang baik-baik saja tanpa adanya gangguan yang berarti, meskipun beberapa kali kami menemui adanya jalan yang sudah bolong-bolong akibat musim hujan. 10 menit kedepan, kami tiba Desa Pandanwangi, dimana di desa ini ojek wisata yang ingin saya datangi berada. Kami langsung saja bergegas melewati jalur yang diperuntukkan untuk menuju kesana, yaitu melewati jalan makadam yang biasa dilewati truk pasir untuk mengambil hasil tambangnya di pesisir pantai. Jalanan mulai terasa sedikit menegangkan karena banyak terdapat bebatuan runcing yang berserakan disepanjang jalan.
            5 menit berkendara dijalan makadam, akhirnya sampailah kita di Jembatan Selowangi, nama jembatan ini diilhami karena jembatan tersebut menghubungkan dua desa di Jalan Lintas Selatan, yaitu Desa Pandanwangi dan Desa Selok Awar-Awar. Ketika sampai di Jembatan Selowangi, itu artinya kami telah dekat dengan pantai yang akan kami eksploitasi keindahannya menggunakan mata kami, kurang lebih seperti itu kata Alfia yang sudah pernah sekali mengunjungi pantai tersebut. Selang beberapa menit dari jembatan tersebut, kami langsung menuruninya kea rah jalan kecil dan lagi-lagi melewati makadam, tetapi jalan makadam kali ini agaknya sedikit berbeda, karena disebelah kanan kami terdapat persawahan, dan disebelah kiri kami terdapat sungai yang mengalir tepat kearah pantai. Kami merasa terkagum akan keindahan yang kami nikmati disisi kanan kiri perjalanan kami. Sawah seakan memberikan nafas segar bagi perjalanan kami, sedangkan suara aliran air sungai seakan menggiring kami tuk sampai pada peracauannya.
            Larut dalam keterlenaan suasana, tak terasa kami telah tiba pada destinasi kami. Pantai Watu Pecak. Takjub kami memandangnya, selayang pandang terhampar pantai dan lautan lepas, ditambah lagi keasrian alamnya. Pada sekitaran pantai juga masih sangat sepi, dimana disana terdapat hamnparan pasir yang sangat luas dan lapang sehingga mata dapat melihat garis batas antara darat dan udara. Sungguh sebuah entah berantah yang seakan tiada akan pernah dijamah banyak orang. Kami serasa berada tidak di bumi manusia.
-SENJA-

0 komentar:

Posting Komentar