Watu Pecak dan Entah Berantah Lainnya
Kabupaten Lumajang, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa
Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah Lumajang. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten
Probolinggo di utara, Kabupaten Jember di timur, Samudra Hindia di selatan,
serta Kabupaten Malang di barat. Kabupaten Lumajang terletak di wilayah Tapal
Kuda, Jawa Timur. Kabupaten Lumajang merupakan daerah yang juga memiliki banyak
objek wisata yang dapat dikunjungi bagi para maniaktraveling, mulai dari pegunungan, danau, hingga pantai. Salah satu pantainya yang masih jarang didatangi oleh para wisatawan asing maupun domestik adalah Pantai Watu Pecak. Pantai Selok Watu Pecak adalah sebuah pantai yang terdapat di Desa Selok Awar-Awar Kecamatan Pasirian Kabupaten Lumajang.
Pantai ini merupakan rentetan
pantai selatan yang notabene, cenderung memiliki ombak yang sangat besar dan
terlampau panjang. Karena saking panjangnya, pantai tersebut tak hanya
terbentang di satu kecamatan saja, melainkan pantai tersebut juga terbentang
hingga ke Kecamatan Tempeh. Pantai ini terbilang lumayan dekat dari pusat kota,
karena hanya memerlukan waktu sekitar 60 menit dari pusat Kota Lumajang.
Pada libur
semester 2 perkuliahan, saya menyempatkan diri untuk mengunjungi pantai
tersebut. Saya memutuskan untuk memilih mengunjungi pantai tersebut, karena
pantai itulah salah satu objek wisata yang paling dekat dengan kediaman saya
yang berada di Kecamatan Tempeh, serta karena selama 20 tahun hidup di tanah
Indonesia, saya belum pernah menikmati Pantai Watu Pecak dari sisi Kecamatan
Tempeh. Kediaman saya ke Pantai Watu Pecak hanya memerlukan waktu sekitar 20
menit mengendarai motor dengan kecepatan normal. Sebelum saya memulai
perjalanan, saya menghubungi teman saya terlebih dahulu yang bernama Alfia
Kurniawati untuk menemani saya mengunjungi pantai tersebut. Setelah ia
mengkonfirmasi untuk turut andil dalamperjalanan saya kali ini, saya bergegas
untuk menyiapkan motor matic yang akan saya gunakan menyusuri jalanan menuju
pantai. Saya tak lupa mengecek keadaan ban, kedua rem tangan, serta memastikan
bahwa bensin dalam keadaan full tank.
Setelah semua saya rasa siap, saya langsung menuju rumah Alfia untuk
menjemputnya terlebih dahulu. Kami menyempatkan berbicara sejenak sambil
meminum teh hangat yang ia buatkan sebelum benar-benar berangkat ke destinasi
yang telah kami nantikan.
Setelah
puas menyeruput teh hangat, kami berdua segera berangkat dengan berboncengan
mengendarai motor matic saya. Perjalanan kami melewati beberapa desa yang
terdapat di kecamatan tempeh, diantaranya adalah Desa Tempeh Lor, Desa Tempeh
Kidul, dan Desa Pandanwangi. Jalanan Desa Tempeh Lor yang kami lewati merupakan
jalan provinsi yang memang rancangannya dibuat luas karena dilewati berbagai
jenis kendaraan bermotor, disini perjalanan kami masih lempeng namun juga sangat ramai, hal ini dikarenakan jalan raya
tersebut merupakan satu-satunya jalan besar yang menghubungkan Kecamatan Tempeh
dan Kecamatan Pasirian. Setelah itu tibalah kami di jalanan Desa Tempeh Kidul
yang lebih sempit karena sudah tergolong
jalanan kabupaten, disini kami masih merasakan perjalanan yang baik-baik saja
tanpa adanya gangguan yang berarti, meskipun beberapa kali kami menemui adanya
jalan yang sudah bolong-bolong akibat musim hujan. 10 menit kedepan, kami tiba
Desa Pandanwangi, dimana di desa ini ojek wisata yang ingin saya datangi
berada. Kami langsung saja bergegas melewati jalur yang diperuntukkan untuk
menuju kesana, yaitu melewati jalan makadam yang biasa dilewati truk pasir
untuk mengambil hasil tambangnya di pesisir pantai. Jalanan mulai terasa
sedikit menegangkan karena banyak terdapat bebatuan runcing yang berserakan
disepanjang jalan.
5 menit
berkendara dijalan makadam, akhirnya sampailah kita di Jembatan Selowangi, nama
jembatan ini diilhami karena jembatan tersebut menghubungkan dua desa di Jalan
Lintas Selatan, yaitu Desa Pandanwangi dan Desa Selok Awar-Awar. Ketika sampai
di Jembatan Selowangi, itu artinya kami telah dekat dengan pantai yang akan
kami eksploitasi keindahannya menggunakan mata kami, kurang lebih seperti itu
kata Alfia yang sudah pernah sekali mengunjungi pantai tersebut. Selang
beberapa menit dari jembatan tersebut, kami langsung menuruninya kea rah jalan
kecil dan lagi-lagi melewati makadam, tetapi jalan makadam kali ini agaknya
sedikit berbeda, karena disebelah kanan kami terdapat persawahan, dan disebelah
kiri kami terdapat sungai yang mengalir tepat kearah pantai. Kami merasa
terkagum akan keindahan yang kami nikmati disisi kanan kiri perjalanan kami.
Sawah seakan memberikan nafas segar bagi perjalanan kami, sedangkan suara
aliran air sungai seakan menggiring kami tuk sampai pada peracauannya.
Larut dalam
keterlenaan suasana, tak terasa kami telah tiba pada destinasi kami. Pantai
Watu Pecak. Takjub kami memandangnya, selayang pandang terhampar pantai dan
lautan lepas, ditambah lagi keasrian alamnya. Pada sekitaran pantai juga masih
sangat sepi, dimana disana terdapat hamnparan pasir yang sangat luas dan lapang
sehingga mata dapat melihat garis batas antara darat dan udara. Sungguh sebuah
entah berantah yang seakan tiada akan pernah dijamah banyak orang. Kami serasa
berada tidak di bumi manusia.
-SENJA-
0 komentar:
Posting Komentar