3 Jan 2016

Sesederhana Itu

Malam ini seperti biasa. Ditemani kopi, gadget dan beberapa buku yang mulai enggan kubaca. Malam ini panas, kamarku terasa sangat pengap. Inilah salah satu faktor mengapa kuhentikan aktifitas membacaku. Sungguh menyebalkan.

Aku segera bergegas keluar dari kamarku, menanggalkan kaos oblong namun tak lupa menenteng gadgetku. Aku merasa kosong malam ini, seakan tiada kegiatan berarti yang bisa kukerjakan, walaupun sebenarnya ada tugas UAS TPI take home dari Mas Rendy (dosen Teknik Penulisan Ilmiah ku), tapi aku malas ngerjain. Yah, hal-hal seperti inilah yang seringkali membuatku merasa resah, ketika tanggung jawab harus kurelakan diremuk ketiadaan sebuah niat.

Jam dinding menunjukkan pukul 23.00, dimana waktu ini adalah momen normal manusia untuk melaksanakan kebutuhan fisiologisnya. Tidur. Tapi tetap saja hal ini tak mempengaruhi ku untuk segera beranjak ke pulau kapuk. Aku malah asyik scrolling timeline pada aplikasi Line di gadgetku. Semua biasa saja, tetap dengan banyaknya posting iklan ataupun posting berbau nasionalis yang tidak permanen. Hingga kutemukan satu posting yang berbeda dalam timeline malam ini.

Kutemukan postingan puisi, sebuah puisi karyamu. Yang entah sejatinya untuk siapa, namun ku begitu yakin bahwa puisi itu kau tujukan padaku. Haha, mungkin kali ini aku patut untuk mengenakan topeng bertuliskan 'GR' ditengahnya. Berikut puisimu yang sudah membuat tanganku gatal tuk segera membalasnya :

CARA yang MUDAH

dulu aku mengira
mencintai seseorang
sesederhana menjaga hatinya

membuat ia merasa paling beruntung
menjadikan ia satu-satunya

tapi aku tak mengerti
makna cinta yang kau suguhkan kali ini
rasanya terlalu rumit

sudah berulang kali kucoba untuk pahami
tetapi tetap nihil yang kutemui

jadi yasudah
aku akan tetap mencintaimu
dengan caraku yang sederhana

menjaga hatimu
membuatmu menjadi satu-satunya

terserah kamu mau membalasnya atau tidak
ini urusanku dengan rasaku!

aku akan tetap mencintaimu dengan caraku
tanpa memintamu melakukan
hal yang serupa

----
Seketika aku memikirkan kalimat demi kalimat setelah memahami puisi tersebut. Maka terciptalah sebuah permainan kata yang bisa dibilang merupakan 'balasan' bagi puisi tersebut yang dengan anggunnya muncul di timelineku. Berikut puisiku :

Aku tak pernah mau tahu
Entah caraku benar atau salah dimatamu
Ketika tiap tulisan dan ajakan menyergap
Aku sibukkan dirimu dengan kerumitan

Dirimu seakan selalu pahami
Mungkin juga tak ingin peduli
Tentang rumitnya kepalaku ini
Yang resah akan rasa dicintai

Namun biarkan aku mengerti
Minimal mulai sekarang ku pahami
Bahwa caramu mencintai
Memang sesederhana ini

Aku ada untukmu
Kau ada untukku
Kita saling memiliki
Ya, sesederhana itu
------
Lumajang, 3 Januari 2016
Teruntuk dirimu yang selalu setia dengan kesederhanaanmu.

Selamat malam sayang.

Dari: Tempeh Lor, Lumajang

3 komentar:

  1. Tak banyak bisa diungkap
    Selain segaris senyuman
    dan "terima kasih"
    Sudah ingatkan saya
    Bahwa mencinta itu
    ...sederhana saja

    BalasHapus