21 Des 2015

Musik Cadas, Kimcil dan Para Peniru

Disini pasti pembaca yang memang tidak berkecimpung dalam dunia musik underground akan sedikit bingung dengan maksud judul saya diatas, atau jangan-jangan yang berkecimpung di dunia musik cadas pun juga bingung (?). Apa korelasi antara musik cadas, kimcil (cabe-cabean, remaja putri alay) dan para peniru? Oke sebelum saya membahas apa korelasi dari semua itu, alangkah baiknya saya jelaskan dulu pengertian musik cadas itu sendiri.

Musik cadas adalah sebutan untuk
musik yang terdengar keras, dan menggunakan banyak hentakan. Sedangkan dari KBBI sendiri mempunyai pengertian yang berbeda, menurut KBBI musik cadas adalah musik tidak baku atau keras (nah maksudnya keras yang gimana nih?). Ah persetan dengan itu semua, menurut saya musik cadas adalah musik yang membawakan genre musik seperti Hard Rock, Metal (dan semua sub-genre nya. Misal : Thrash Metal, Stoner Metal, etc), Punk, serta Hardcore. Disini saya tidak akan membahas apa yang identik dengan genre yang telah saya sebutkan tadi, jadi kalau pengen tau googling aja ya :D

Lantas apa hubungan musik cadas, kimcil dan para peniru?

Semasa remaja (sampai sekarang) saya menyukai musik cadas, mulai dari Rock, Punk, Hardcore, hingga Metal. Namun saya sangat ter-influence oleh musik Thrash Metal hingga memfavoritkan beberapa band seperti Metallica, Suicidal Tendencies juga Megadeth. Disisi lain ketika masa SMA saya sendiri mempunyai band beraliran Punk Rock (jauh dari Thrash Metal ya nyimpangnya heuheu). Sebenarnya saya sangat ingin membentuk band Thrash Metal, tapi apa daya, Punk Rock seakan sudah menjadi genre ter-cadas bagi kalangan teman-teman saya.

Hal-hal yang telah saya paparkan diatas-lah yang membuat saya rajin untuk menonton gigs atau event musik cadas di kota saya, Lumajang. Banyak band-band lokal yang menurut saya keren dan worth to watch seperti Damnation Of God yang mengusung genre Death Metal ataupun Lawon yang mengusung genre Black Metal.

Tapi dibalik semua ke-keren-an, pasti terdapat ke-tidak-keren-an (apasih?), jadi apakah yang saya sebut ke-tidak-keren-an itu? Jeng jeeengg... Di tiap event musik cadas yang saya tonton, selalu saja terdapat banyak kimcil (wanita/gadis alay) dan para peniru atau yang biasa disebut poser. Mereka adalah para remaja labil yang sesungguhnya tidak tahu menahu tentang apa esensi dari sebuah musik cadas. Mereka adalah para remaja yang menggunakan musik cadas sebagai media untuk meningkatkan kekerenan (menurut mereka sendiri). Mereka adalah golongan yang hanya mementingkan penampilan yang terlihat rebel tapi diluar gigs selalu saja memutar lagu melayu mendayu-dayu (disini saya bukan bermaksud tuk mendiskriminasi musik melayu, tapi saya hanya memaparkan realita yang saya alami dan lihat dengan mata saya sendiri). Seringkali mereka para poser datang ke tiap gigs dengan berpasang-pasangan pria dan wanita (wanita inilah yang biasa saya sebut sebagai Kimcil Hardcore). Sebenarnya kimcil hardcore yang saya sebutkan disini rata-rata adalah korban dari bujukan para poser tersebut. Para kimcil hardcore ini sebenarnya hanya ikutan karena pasangannya seringkali mengajaknya ke tiap gigs musik cadas yang dihelat.


Sering juga saya temui beberapa komunitas yang mengatasnamakan dirinya sebagai "Tukang Moshing". Tetapi sebelumnya, apa itu moshing? Moshing adalah kegiatan menari dengan cara menubrukkan diri ataupun saling jotos satu sama lain yang dilakukan oleh penonton saat band sedang menunjukkan kebolehannya diatas stage. Dalam dunia musik cadas, moshing hanyalah sebagai warna dalam sebuah gigs. Tidak melulu di event musik cadas harus melakukan moshing, karena arti dari menghadiri event musik adalah mengapresiasi dan menikmati karya-karya tiap band yang attend di event tersebut. So, ngapain harus ada komunitas moshing segala? Dude, itu event musik! bukan sarana "ngedu petek" (sabung ayam). Saya sangat miris ketika beberapa kali saya melihat komunitas-komunitas tersebut sedang melakukan latihan moshing di alun-alun  kota. Sungguh memalukan! Saya yakin sebentar lagi mereka akan berpindah haluan pada hal lain yang nantinya akan nge-tren.

Entah bagaimana nantinya masa depan musik cadas di tanah air ini, apakah akan kembali digandrungi seperti dulu? atau masih kalah pamor dengan maraknya musik bergenre Pop? Tauk deh...

Saya berharap kepada seluruh insan pecinta musik lintas genre untuk tidak semena-mena membuat sebuah musik menjadi kehilangan jati dirinya. Jadilah pendengar musik yang bijak, jangan bersusah payah menyukai suatu genre musik hanya karena teman-teman anda menyukai genre tersebut. Just be yourself.

Sumber pict : Google
Dari: Lumajang, Lumajang Sub-District, Lumajang Regency, East Java, Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar